Jumat, 04 Oktober 2019

Makalah Analisis Estimasi Biaya


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Analisis dan Estimasi Biaya ini.
Dalam penyusunannya, kami mengucapkan terimakasih kepada  Dosen Analisis dan Estimasi Biaya kami yaitu Ibu Annisa Mulia Rani, ST, MT yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun kami berharap isi dari tugas Analisis dan Estimasi Biaya kami ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tugas Analisis dan Estimasi Biaya ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih, semoga hasil laporan tugas kami bermanfaat.







Jakarta, 30 Juli 2017


Penyusun




BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang Masalah
Perkembangan industri dari masa ke masa semakin meningkat. Kemampuan mengembangkan kualitas produk, inovasi, dan harga produk merupakan langkah mengatasi daya saing antar perusahaan. Penentuan harga produk menjadi sesuatu hal yang paling penting untuk dipertimbangkan, sesuai dengan target keuntungan yang ingin dicapai. Terkadang demi bersaing dengan kompetitornya dalam menarik minat pelanggan, perusahaan berani memasang harga rendah, tanpa melihat biaya produksi yang dikeluarkan. Dampaknya perusahaan akan mengalami kerugian dan gagal mencapai break event point atau titik balik modal.
Berdasarkan hal tersebut maka dipelajari suatu ilmu yang digunakan untuk menentukan perkiraan biaya dalam suatu proses produksi, yaitu analisis dan estimasi biaya. Kegiatan estimasi biaya merupakan salah satu proses utama dalam penyelenggaraan proses produksi, yang digunakan untuk mengetahui besarnya dana yang harus disediakan dalam satu kali proses produksi. Bagi pemilik perusahaan, estimasi biaya diperlukan sebagai pegangan dalam penentuan kebijakan-kebijakan perusahaan.
Pengaplikasian ilmu analisis dan estimasi biaya adalah dengan menghitung biaya produksi pakaian di CV. Sugimandiri, sehingga dapat mengetahui harga jual produk. Harapan dari pengaplikasian ilmu analisis dan estimasi biaya terhadap CV. Sugimandiri adalah agar CV. Sugimandiri dapat menentukan harga jual yang sesuai dengan biaya produksi, sehingga CV. Sugimandiri dapat mencapai titik balik modal dan terhindar dari kerugian.
PT Fizawin Engineering merupakan salah satu industri meubel yang memprodksi bingkai 3 dimensi, dimana PT Fizawin Engineering mempunyai masalah keuangan terhadap biaya prooduksi, dan tidak mengetahui keuntungan yang ia dapatkan selama ini.
1.2.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana cara menentukan biaya pemakaian bahan baku selama 1 bulan?
2.      Berapa harga pokok produksi barang jadi selama 1 bulan?
3.      Berapa harga pokok penjualan selama 1 bulan?
4.      Bagaimana cara menentukan laba atau rugi PT Fizawin Engineering?
5.      Berapa laba atau rugi bingkai 3 dimensi per unit?

1.3.  Tujuan Laporan
1.      Menentukan biaya pemakaian produksi selama 1 bulan.
2.      Menentukan harga pokok produksi barang jadi selama 1 bulan.
3.      Menentukan harga pokok penjualan selama 1 bulan.
4.      Menentukan laba atau rugi PT Fizawin Engineering
5.      Menentukan laba atau rugi bingkai 3 dimensi per unit,.

1.4.  Batasan Masalah
Agar permasalahn tidak terlalu luas ruang lingkupnya, maka penulis membatasi masalah pada :
1.      Produk yang dibuat adalah bingkai 3 dimensi.
2.      Jumlah pekerja yang digunakan 20 orang.
3.      Memiliki 5 stasiun kerja.
4.      Jumlah jam kerja perhari adalah 8 jam.




BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1.  Definisi Biaya
Definisi biaya adalah Penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus kas atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.
Menurut Nafarin ( 2004 : 379  ) Biaya (Cost) adalah  nilai sesuatu yang dikorbankan yang diukur dalam satuan uang untuk memperoleh aktiva yang diimbangi dengan pengurangan aktiva atau penambahan utang atau modal. 
Menurut Purba, dan radiks (2006:209) , Tentative set of Broad Accounting Principles  Enterprise, biaya dinyatakan sebagai harga penukaran atau pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh manfaat. Bila istilah biaya digunakan secara spesifik, istilah ini dilengkapi menunjukkan objek yang bersangkutan, misalnya biaya langsung, biaya konversi, biaya tetap, biaya variabel, biaya standar , biaya diffrensial, biaya kesempatan dan sebagainya. Setiap perlengkapan mempunyai arti dalam menghitung dan mengukur biaya yang akan berguna bagi pimpinan dalam mencapai sasaran perencanaan dan pengawasan. 

2.2.  Definisi Harga Pokok
Pengertian harga pokok produksi dari T. Hongren dalam bukunya Manajemen Accountig adalah "Cost of goods produced and than sold, usually composed of the three major elements of cost: direct materials; direct labor; factory overhead”.
Harga pokok adalah sejumlah nilai aktiva, tetapi apabila selama setahun berjalan aktiva tersebut  di manfaatkan untuk membantu memperoleh penghasilan. Harga pokok berarti jumlah pengeluaran dan beban yang diperkenankan, langsung atau tidak langsung untuk menghasilkan barang atau jasa didalam kondisi dan tempat dimana barang tersebut dapat digunakan atau dijual.
2.2.1        Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi adalah jumlah biaya produksi yang melekat pada persediaan barang jadi sebelum barang tersebut laku dijual. Pengertian harga pokok produksi ini oleh Hadibroto (1990 : 60) adalah  Biaya-biaya yang dikorbankan untuk memproses bahan-bahan (termasuk bahan bakunya) atau barang setengah jadi, sampai menjadi akhir untuk siap dijual.
Mengenai pengertian harga pokok produksi ini lebih lanjut Winardi (1990 : 79) menjelaskan bahwa Harga pokok adalah suatu produksi jumlah pengorbanan-pengorbanan, dapat diduga, dan kuantitatif dapat diukur berhubungan dengan proses produksi, yang dilakukan pada saat pertukaran dan dalam kebanyakan hal harus didasarkan atas nilai pengganti kesatuan-kesatuan nilai yang telah dikorbankan.
Dari pengertian tersebut di atas dapat diketahui bahwa didalam harga pokok produksi adalah jumlah dari pada produksi yang melekat pada produksi yang dihasilkan yaitu meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan mulai pada saat pengadaan bahan baku tersebut sampai dengan proses akhir produk, yang siap untuk digunakan atau dijual. Biaya-biaya yang dimaksud ini, biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overead. Selain itu dari definisi tersebut adalah dapat diketahui bahwa harga pokok produksi adalah nilai dari pengorbanan yang dilakukan dalam hubungannya dengan proses produksi berdasarkan nilai ganti pada saat pertukaran.
Kalau melihat hal-hal tersebut di atas, dan dalam hubungannya dengan sifat kegiatan yang dilakukan dalam biaya tersebut dapat dibedakan atas biaya tetap yaitu biaya yang dalam batas-batas tertentu jumlahnya tetap. Selain itu ada biaya variabel yakni biaya yang jumlahnya berubah sebanding dengan volume perubahan. Selain kedua biaya itu terdapat biaya yang sifatnya semi variabel yaitu biaya yang jumlahnya berubah-ubah tetapi sebanding dengan volume kegiatan.
Dalam menentukan harga pokok produksi pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode ful costing akan tetapi biasanya dengan dipertimbangkan teknis seperti untuk tujuan pengambilan keputusan, maka digunakan metode varibel costing.
a.       Full Costing
Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku variabel maupun tetap.
Menurut LM Samryn, full costing adalah :
“Full costing adalah metode penentuan harga pokok yang memperhitungkan semua biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan overhead tanpa memperhatikan perilakunya.
Pendekatan full costing yang biasa dikenal sebagai pendekatan tradisional menghasilkan laporan laba rugi dimana biaya-biaya di organisir dan sajikan berdasarkan fungsi-fungsi produksi, administrasi dan penjualan. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini banyak digunakan untuk memenuhi pihak luar perusahaan, oleh karena itu sistematikanya  harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk menjamin informasi yang tersaji dalam laporan tersebut.
b.      Variabel Costing
Variabel costing merupakkan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel.
Dalam pendekatan ini biaya-biaya yang diperhitungkan sebagai harga pokok adalah biaya produksi variabel yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Biaya-biaya produksi tetap dikelompokkan sebagai biaya periodik bersama-sama dengan biaya tetap non produksi.
Menurut Mas’ud Machfoed variabel costing adalah “ Suatu metode penentuan harga pokok dimana biaya produksi variabel saja yang dibebankan sebagai bagian dari harga pokok.
Pendekatan variabel costing di kenal sebagai contribution approach merupakan suatu format laporan laba rugi yang mengelompokkan biaya berdasarkan perilaku biaya dimana biaya-biaya dipisahkan menurut kategori biaya variabel dan biaya tetap dan tidak dipisahkan menurut fungsi-fungsi produksi, administrasi dan penjualan.
Dalam pendekatan ini biaya-biaya berubah sejalan dengan perubahan out put yang diperlakukan sebagai elemen harga pokok produk. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan pihak internal oleh karena itu tidak harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Jadi perbedaan pokok antara metode full costing dan metode variabel costing terletak pada perlakuan biaya overhead pabrik. Biaya overhead pabrik pada metode variabel costing diperlukan periode biaya dan tidak merupakan bagian dari harga barang dalam proses dan harga pokok barang dihasilkan.  Pada metode full costing semua biaya produksi baik yang bersifat variabel maupun yang bersifat tetap dianggap bagian dari harga pokok produksi.
Text Box: HPProduksi = Saldo Awal +Biaya Bahan Mentah + Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya OH Pabrik – Saldo Akhir
 



2.2.2        Harga Pokok Penjualan
Harga pokok penjualan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang yang dijual atau harga perolehan dari barang yang dijual, atau bisa dikatakan penghitungan HPP merupakan perbandingan antara seluruh harga yang di keluarkan untuk mendapatkan barang yang di jual  dengan hasil dari barang-barang yang di jual/penjualan (nilai-nilai dan harga jual).
Harga Pokok Penjualan mempunyai beberapa komponen diantaranya :
a.       Persediaan Awal Barang Produksi
Persediaan awal barang dagangan adalah persediaan barang dagangan yang sudah tersedia pada awal periode tahun buku berjalan. Saldo persediaan awal barang dagangan bisa dilihat pada neraca saldo periode berjalan atau pada neraca awal perusahaan atau neraca tahun sebelumnya.

b.      Persediaan Akhir Barang Produksi
Persediaan akhir barang dagangan adalah persediaan barang dagangan yang tersedia di akhir periode tahun buku berjalan. Saldo persediaan ini bisa diketahui pada data penyesuaian perusahaan pada akhir periode.
c.       Pembelian Bersih
Pembelian bersih adalah seluruh pembelian barang dagang, baik pembelian secara tunai maupun pembelian secara kredit yang dilakukan perusahaan, ditambah lagi dengan biaya angkut pembelian, serta dikurangi dengan potongan pembelian dan retur pembelian yang terjadi.
Ada dua manfaat dari harga pokok penjualan:
1.      Sebagai patokan untuk menentukan harga jual.
2.      Untuk mengetahi laba yang diinginkan perusahaan. Apabila jual lebih besar dari harga pokok penjuala maka akan diperoleh laba, dan sebaliknya apabila haga jual lebih rendah dari harga pokok penjualan akan diperoleh kerugian.

Text Box: HPPenjualan = Saldo awal + HP Produksi – Saldo akhir

2.3      Laba dan Rugi
Laporan Laba Rugi merupakan bagian dari suatu laporan keuangan perusahaan yang dihasilkan dalam suatu periode buku atau periode akutansi yang menyajikan seluruh unsur pendapatan serta beban perusahaan yang pada akhirnya akan menghasilkan kondisi laba bersih atau rugi bersih.
Menurut Van Horne dan Wachowicz (2005:193) laporan laba rugi merupakan ringkasan dari pendapatan dan biaya perusahaan selama periode tertentu, diakhiri dengan laba atau kerugian bersih untuk periode tersebut.
Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (2004:1.14) dinyatakan bahwa laporan laba rugi yang lengkap minimal harus mencakup pos-pos sebagai berikut:
1.      pendapatan;
2.      laba rugi usaha;
3.      beban pinjaman;
4.      bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas;
5.      beban pajak;
6.      laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan;
7.      pos luar biasa;
8.      hak minoritas; dan
9.      laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004:1.15) menyarankan agar perusahaan menyajikan rincian beban di laporan laba rugi atau di catatan atas laporan keuangan dengan menggunakan klasifikasi yang didasarkan pada sifat atau fungsi beban di dalam perusahaan.

Pembagian laba pada laporan laba rugi terdiri atas lima bagian laba, yakni:
1.      Laba Kotor
Laba  kotor  merupakan suatu pengukuran pendapatan langsung perusahaan atas penjualan produknya selama satu periode akuntansi.
Laba kotor = Pendapatan dari penjualan bersih–Harga pokok penjualan Laba kotor mengindikasikan secara langsung seberapa jauh perusahaan mampu menutupi biaya produknya
.
2.      Laba Operasi
Laba operasi merupakan selisih antara penjualan dengan seluruh biaya dan beban operasi. Laba operasi dapat digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan perusahaan memperoleh pendapatan dari kegiatan bisnis utamanya.


3.      Laba Bersih
Laba bersih mengindikasikan profitabilitas perusahaan. Laba bersih adalah kelebihan penjualan bersih terhadap harga pokok penjualan dipotong beban operasi dan pajak penghasilan. Faktor-faktor yang mempengaruhi laba bersih perusahaan adalah pendapatan, beban pokok penjualan, beban operasi, dan tarif pajak penghasilan.
4.      Laba dari Operasi Berjualan
Merupakan laba dari bisnis perusahaan yang sedang berjalan setelah bunga dan pajak. Laba ini juga disebut laba sebelum pos luar biasa dan operasi dalam penghentian.
Text Box: Laba Kotor = Harga Penjualan – HP Penjualan
Text Box: Laba Bersih = Laba Kotor - Beban
 











BAB III
Pengumpulan Data
Tabel 3.1 Ukuran Bahan Baku
                 
Tabel 3.2 Harga Bahan Baku
                 

Tabel 3.3 Harga Persediaan

Tabel 3.4 Biaya produksi
                     

BAB IV
PENGOLAHAN DATA
4.1 Biaya Pemakaian
·         Persediaan Bahan Baku
§   Saldo Awal          : Rp 15.000.000                      Biaya Pemakaian
§  Biaya Pembelian   : Rp 133.638.000                                ?
§  Saldo Akhir           : Rp 8.500.000
Biaya Pemakaian = Rp 15.000.000 + Rp 133.638.000 – Rp 8.500.000
= Rp 140.638.000
4.2  Harga Pokok Produksi
·         Harga Pokok Produksi
§  Saldo Awal                      : Rp 35.000.000
§  Biaya Bahan baku            : Rp 140.638.000
§  Biaya TK Langsung         : Rp 40.000.000
§  Biaya TK Tak Langsung  : Rp 56.000.000
§  Maintenence                     : Rp 2.250.000                                    HP Produksi
§  Asransi Pabrik                  : Rp 10.225.000                                  ?
§  Utilitas Pabrik                  : Rp 1.500.000
§  Penyusutan Pabrik            : Rp 1.650.000
§  Suplier Pabrik                   : Rp 7.500.000
§  Saldo Akhir                      : Rp 20.000.000
HP Produksi = Rp 35.000.000 + Rp 140.638.000 + Rp 40.000.000 + Rp 56.000.000 + Rp 2.250.000 + Rp 10.225.000 + Rp 1.500.000 + Rp 1.650.000 + Rp 7.500.000 – Rp 20.000.000
= Rp 274.763.000


4.3  Harga Pokok Penjualan
·         Harga Pokok Penjualan (Barang Jadi)
§  Saldo Awal                      : Rp 25.000.000                      HP Penjualan
§  HP Produksi                     : Rp 274.763.000                                ?
§  Saldo Akhir                      : Rp 50.000.000
Harga Pokok Penjualan = Rp 25.000.000 + 274.763.000 – Rp 50.000.000
= Rp 249.763.000
4.4  Laba atau Rugi
·         Laba Kotor
§  Penjualan                           : Rp 750.000.000
§  HP Penjualan                    : Rp 249.763.000                    -
  Rp 500.237.000
·         Beban
§  Beban Adiministrasi         : Rp 1.550.000
§  Beban Penjualan               : Rp 2.000.000                                    +
  Rp 3.550.000
·         Laba Bersih
§  Laba Kotor                        : Rp 500.237.000
§  Beban                                : Rp 3.550.000                                    -
  Rp 496.687.000
4.5  Laba per Unit
·         Laba Per Unit
§  Laba Bersih                       : Rp 496.687.000
§  Unit                                   : 250 Unit                                /
  Rp 1.986.748

BAB V
KESIMPULAN
PT Fizawin Engineering adalah salah satu perusahaan furniture yang memproduksi bingkai kaligrafi 3 dimensi, dimana yang memiliki 5 stasiun kerja yakni penukuran, pemotongan, penghalusan, perakitan dan yang terakhir pemeriksaan. Dan harga 1 unit bingkai 3 dimensi mencapai Rp 3.000.000, PT Fizawin Engineering dapat menjual  unit/bulan. PT Fizawin Engineering selalu mendapatkan keuntungan dari hasil penjualannya per bulan, dengan Laba kotor  dan memiliki Laba bersih hingga .


DAFTAR PUSTAKA
·         Hansen, R. Don, and Marryanne M. Mowen.2005. Management Accounting. Second Edition. Cincinnati, Ohio: South-Western Publishing Co. 
·         Carter, Wiliam K dan Milton F. Usry, 2006. Akuntansi Biaya, Edisi Ketigabelas, Buku I, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. 
·         Mulyadi. 2012. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
·         Horngren., Foster, dan Datar, 1987, Cost Accounting: A Managerial Emphasis, yang dialih bahasakan oleh Desi Andhariani, 2005, Akuntansi Biaya: Suatu Pendekatan Manajerial, Erlangga, Jakarta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar