KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak
nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji
hanya layak untuk Allah atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya
yang tiada terkira besarnya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Analisis dan Estimasi Biaya ini.
Dalam penyusunannya, kami mengucapkan
terimakasih kepada Dosen Analisis dan Estimasi Biaya kami yaitu Ibu Annisa Mulia Rani, ST, MT
yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari
sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit
kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun kami berharap isi dari tugas Analisis dan Estimasi Biaya kami ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar tugas Analisis dan Estimasi Biaya ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih, semoga
hasil laporan tugas kami bermanfaat.
Jakarta, 30
Juli 2017
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah
Perkembangan
industri dari masa ke masa semakin meningkat. Kemampuan mengembangkan kualitas
produk, inovasi, dan harga produk merupakan langkah mengatasi daya saing antar
perusahaan. Penentuan harga produk menjadi sesuatu hal yang paling penting
untuk dipertimbangkan, sesuai dengan target keuntungan yang ingin dicapai.
Terkadang demi bersaing dengan kompetitornya dalam menarik minat pelanggan,
perusahaan berani memasang harga rendah, tanpa melihat biaya produksi yang
dikeluarkan. Dampaknya perusahaan akan mengalami kerugian dan gagal
mencapai break event point atau titik
balik modal.
Berdasarkan
hal tersebut maka dipelajari suatu ilmu yang digunakan untuk menentukan
perkiraan biaya dalam suatu proses produksi, yaitu analisis dan estimasi biaya.
Kegiatan estimasi biaya merupakan salah satu proses utama dalam penyelenggaraan
proses produksi, yang digunakan untuk mengetahui besarnya dana yang harus
disediakan dalam satu kali proses produksi. Bagi pemilik perusahaan, estimasi
biaya diperlukan sebagai pegangan dalam penentuan kebijakan-kebijakan
perusahaan.
Pengaplikasian
ilmu analisis dan estimasi biaya adalah dengan menghitung biaya produksi
pakaian di CV. Sugimandiri, sehingga dapat mengetahui harga jual produk.
Harapan dari pengaplikasian ilmu analisis dan estimasi biaya terhadap CV.
Sugimandiri adalah agar CV. Sugimandiri dapat menentukan harga jual yang sesuai
dengan biaya produksi, sehingga CV. Sugimandiri dapat mencapai titik balik
modal dan terhindar dari kerugian.
PT
Fizawin Engineering merupakan salah satu industri meubel yang memprodksi
bingkai 3 dimensi, dimana PT Fizawin Engineering mempunyai masalah keuangan
terhadap biaya prooduksi, dan tidak mengetahui keuntungan yang ia dapatkan
selama ini.
1.2. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana cara menentukan biaya pemakaian bahan baku
selama 1 bulan?
2.
Berapa harga pokok produksi barang jadi selama 1 bulan?
3.
Berapa harga pokok penjualan selama 1 bulan?
4.
Bagaimana cara menentukan laba atau rugi PT Fizawin
Engineering?
5.
Berapa laba atau rugi bingkai 3 dimensi per unit?
1.3. Tujuan Laporan
1.
Menentukan biaya pemakaian produksi selama 1 bulan.
2.
Menentukan harga pokok produksi barang jadi selama 1
bulan.
3.
Menentukan harga pokok penjualan selama 1 bulan.
4.
Menentukan laba atau rugi PT Fizawin Engineering
5.
Menentukan laba atau rugi bingkai 3 dimensi per unit,.
1.4. Batasan Masalah
Agar
permasalahn tidak terlalu luas ruang lingkupnya, maka penulis membatasi masalah
pada :
1.
Produk yang dibuat adalah bingkai 3 dimensi.
2.
Jumlah pekerja yang digunakan 20 orang.
3.
Memiliki 5 stasiun kerja.
4.
Jumlah jam kerja perhari adalah 8 jam.
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1. Definisi Biaya
Definisi
biaya adalah
Penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus kas
atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan
ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.
Menurut
Nafarin ( 2004 : 379 ) Biaya (Cost) adalah nilai sesuatu yang
dikorbankan yang diukur dalam satuan uang untuk memperoleh aktiva yang
diimbangi dengan pengurangan aktiva atau penambahan utang atau modal.
Menurut Purba, dan radiks (2006:209) , Tentative set of Broad Accounting
Principles Enterprise, biaya dinyatakan sebagai harga penukaran atau
pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh manfaat. Bila istilah biaya
digunakan secara spesifik, istilah ini dilengkapi menunjukkan objek yang
bersangkutan, misalnya biaya langsung, biaya konversi, biaya tetap, biaya
variabel, biaya standar , biaya diffrensial, biaya kesempatan dan sebagainya.
Setiap perlengkapan mempunyai arti dalam menghitung dan mengukur biaya yang
akan berguna bagi pimpinan dalam mencapai sasaran perencanaan dan
pengawasan.
2.2. Definisi
Harga Pokok
Pengertian harga pokok produksi dari T. Hongren
dalam bukunya Manajemen Accountig adalah "Cost of goods produced and than
sold, usually composed of the three major elements of cost: direct materials;
direct labor; factory overhead”.
Harga pokok adalah sejumlah
nilai aktiva, tetapi apabila selama setahun berjalan aktiva tersebut di
manfaatkan untuk membantu memperoleh penghasilan. Harga pokok berarti jumlah pengeluaran dan beban yang
diperkenankan, langsung atau tidak langsung untuk menghasilkan barang atau jasa
didalam kondisi dan tempat dimana barang tersebut dapat digunakan atau dijual.
2.2.1
Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi adalah jumlah biaya produksi yang melekat pada
persediaan barang jadi sebelum barang tersebut laku dijual. Pengertian harga
pokok produksi ini oleh Hadibroto (1990 : 60) adalah Biaya-biaya yang
dikorbankan untuk memproses bahan-bahan (termasuk bahan bakunya) atau barang
setengah jadi, sampai menjadi akhir untuk siap dijual.
Mengenai pengertian harga pokok produksi ini lebih
lanjut Winardi (1990 : 79) menjelaskan bahwa Harga pokok adalah suatu produksi
jumlah pengorbanan-pengorbanan, dapat diduga, dan kuantitatif dapat diukur
berhubungan dengan proses produksi, yang dilakukan pada saat pertukaran dan
dalam kebanyakan hal harus didasarkan atas nilai pengganti kesatuan-kesatuan
nilai yang telah dikorbankan.
Dari pengertian tersebut di atas dapat diketahui
bahwa didalam harga pokok produksi adalah jumlah dari pada produksi yang
melekat pada produksi yang dihasilkan yaitu meliputi biaya-biaya yang
dikeluarkan mulai pada saat pengadaan bahan baku tersebut sampai dengan proses
akhir produk, yang siap untuk digunakan atau dijual. Biaya-biaya yang dimaksud ini, biaya bahan baku langsung, biaya tenaga
kerja langsung dan biaya overead. Selain itu dari definisi tersebut adalah
dapat diketahui bahwa harga pokok produksi adalah nilai dari pengorbanan yang
dilakukan dalam hubungannya dengan proses produksi berdasarkan nilai ganti pada
saat pertukaran.
Kalau melihat hal-hal tersebut di atas, dan dalam
hubungannya dengan sifat kegiatan yang dilakukan dalam biaya tersebut dapat
dibedakan atas biaya tetap yaitu biaya yang dalam batas-batas tertentu
jumlahnya tetap. Selain itu ada biaya
variabel yakni biaya yang jumlahnya berubah sebanding dengan volume perubahan.
Selain kedua biaya itu terdapat biaya yang sifatnya semi variabel yaitu biaya
yang jumlahnya berubah-ubah tetapi sebanding dengan volume kegiatan.
Dalam menentukan harga pokok produksi pada umumnya dilakukan dengan
menggunakan metode ful costing akan tetapi biasanya dengan dipertimbangkan
teknis seperti untuk tujuan pengambilan keputusan, maka digunakan metode varibel
costing.
a. Full Costing
Full costing merupakan
metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya
produksi ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku
variabel maupun tetap.
Menurut LM Samryn, full
costing adalah :
“Full costing adalah
metode penentuan harga pokok yang memperhitungkan semua biaya produksi yang
terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan overhead tanpa memperhatikan
perilakunya.
Pendekatan full costing
yang biasa dikenal sebagai pendekatan tradisional menghasilkan laporan laba
rugi dimana biaya-biaya di organisir dan sajikan berdasarkan fungsi-fungsi
produksi, administrasi dan penjualan. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari
pendekatan ini banyak digunakan untuk memenuhi pihak luar perusahaan, oleh
karena itu sistematikanya harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum untuk menjamin informasi yang tersaji dalam laporan tersebut.
b. Variabel Costing
Variabel
costing merupakkan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok
produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik variabel.
Dalam
pendekatan ini biaya-biaya yang diperhitungkan sebagai harga pokok adalah biaya
produksi variabel yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Biaya-biaya produksi tetap dikelompokkan sebagai biaya periodik
bersama-sama dengan biaya tetap non produksi.
Menurut Mas’ud Machfoed
variabel costing adalah “ Suatu metode penentuan harga pokok dimana biaya
produksi variabel saja yang dibebankan sebagai bagian dari harga pokok.
Pendekatan variabel
costing di kenal sebagai contribution approach merupakan suatu format laporan
laba rugi yang mengelompokkan biaya berdasarkan perilaku biaya dimana
biaya-biaya dipisahkan menurut kategori biaya variabel dan biaya tetap dan
tidak dipisahkan menurut fungsi-fungsi produksi, administrasi dan penjualan.
Dalam pendekatan ini
biaya-biaya berubah sejalan dengan perubahan out put yang diperlakukan sebagai
elemen harga pokok produk. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan
ini banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan pihak internal oleh karena itu
tidak harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Jadi perbedaan pokok antara metode full costing dan metode variabel costing
terletak pada perlakuan biaya overhead pabrik. Biaya overhead pabrik pada
metode variabel costing diperlukan periode biaya dan tidak merupakan bagian
dari harga barang dalam proses dan harga pokok barang dihasilkan. Pada metode full costing semua biaya produksi baik yang
bersifat variabel maupun yang bersifat tetap dianggap bagian dari harga pokok
produksi.
![]() |
2.2.2
Harga Pokok Penjualan
Harga pokok penjualan adalah
seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang yang dijual atau harga
perolehan dari barang yang dijual, atau bisa dikatakan penghitungan HPP
merupakan perbandingan antara seluruh harga yang di keluarkan untuk mendapatkan
barang yang di jual dengan hasil dari barang-barang yang di jual/penjualan
(nilai-nilai dan harga jual).
Harga Pokok
Penjualan mempunyai beberapa
komponen diantaranya :
a. Persediaan Awal Barang Produksi
Persediaan awal barang dagangan adalah persediaan barang dagangan yang
sudah tersedia pada awal periode tahun buku berjalan. Saldo persediaan awal
barang dagangan bisa dilihat pada neraca saldo periode berjalan atau pada
neraca awal perusahaan atau neraca tahun sebelumnya.
b. Persediaan Akhir Barang Produksi
Persediaan akhir barang dagangan adalah persediaan barang dagangan yang tersedia
di akhir periode tahun buku berjalan. Saldo persediaan ini bisa diketahui pada
data penyesuaian perusahaan pada akhir periode.
c. Pembelian Bersih
Pembelian bersih adalah seluruh pembelian barang dagang, baik pembelian
secara tunai maupun pembelian secara kredit yang dilakukan perusahaan, ditambah
lagi dengan biaya angkut pembelian, serta dikurangi dengan potongan pembelian
dan retur pembelian yang terjadi.
Ada dua manfaat dari harga pokok penjualan:
1. Sebagai patokan untuk menentukan harga jual.
2.
Untuk
mengetahi laba yang diinginkan perusahaan. Apabila jual lebih besar dari harga
pokok penjuala maka akan diperoleh laba, dan sebaliknya apabila haga jual lebih
rendah dari harga pokok penjualan akan diperoleh kerugian.
2.3
Laba dan Rugi
Laporan Laba
Rugi merupakan
bagian dari suatu laporan keuangan perusahaan yang dihasilkan dalam suatu
periode buku atau periode akutansi yang menyajikan seluruh unsur pendapatan
serta beban perusahaan yang pada akhirnya akan menghasilkan kondisi laba bersih
atau rugi bersih.
Menurut Van Horne
dan Wachowicz (2005:193) laporan laba rugi merupakan ringkasan dari pendapatan
dan biaya perusahaan selama periode tertentu, diakhiri dengan laba atau
kerugian bersih untuk periode tersebut.
Berdasarkan Standar
Akuntansi Keuangan (2004:1.14) dinyatakan bahwa laporan laba rugi yang lengkap
minimal harus mencakup pos-pos sebagai berikut:
1. pendapatan;
2. laba rugi usaha;
3. beban pinjaman;
4. bagian dari laba atau
rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlakukan menggunakan metode
ekuitas;
5. beban pajak;
6. laba atau rugi dari
aktivitas normal perusahaan;
7. pos luar biasa;
8. hak minoritas; dan
9. laba atau rugi bersih
untuk periode berjalan.
Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (2004:1.15) menyarankan agar perusahaan menyajikan rincian
beban di laporan laba rugi atau di catatan atas laporan keuangan dengan
menggunakan klasifikasi yang didasarkan pada sifat atau fungsi beban di dalam
perusahaan.
Pembagian laba pada
laporan laba rugi terdiri atas lima bagian laba, yakni:
1.
Laba
Kotor
Laba kotor merupakan suatu pengukuran pendapatan langsung
perusahaan atas penjualan produknya selama satu periode akuntansi.
Laba kotor = Pendapatan dari penjualan bersih–Harga pokok penjualan Laba kotor mengindikasikan secara langsung seberapa jauh perusahaan mampu menutupi biaya produknya.
Laba kotor = Pendapatan dari penjualan bersih–Harga pokok penjualan Laba kotor mengindikasikan secara langsung seberapa jauh perusahaan mampu menutupi biaya produknya.
2.
Laba
Operasi
Laba operasi merupakan selisih antara penjualan dengan seluruh biaya dan
beban operasi. Laba operasi dapat digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan perusahaan memperoleh pendapatan dari kegiatan bisnis utamanya.
3.
Laba
Bersih
Laba bersih mengindikasikan profitabilitas perusahaan. Laba bersih adalah
kelebihan penjualan bersih terhadap harga pokok penjualan dipotong beban
operasi dan pajak penghasilan. Faktor-faktor yang mempengaruhi laba bersih
perusahaan adalah pendapatan, beban pokok penjualan, beban operasi, dan tarif
pajak penghasilan.
4.
Laba
dari Operasi Berjualan
Merupakan laba dari bisnis perusahaan yang sedang berjalan setelah bunga
dan pajak. Laba ini juga disebut laba sebelum pos luar biasa dan operasi dalam
penghentian.
![]() |
||
![]() |
BAB
III
Pengumpulan
Data
Tabel 3.1
Ukuran Bahan Baku

Tabel 3.2
Harga Bahan Baku

Tabel 3.3
Harga Persediaan

Tabel 3.4 Biaya produksi

BAB IV
PENGOLAHAN DATA
4.1 Biaya Pemakaian
·
Persediaan Bahan Baku

§ Saldo Awal : Rp 15.000.000 Biaya Pemakaian
§
Biaya Pembelian : Rp
133.638.000 ?

§ Saldo Akhir : Rp
8.500.000
Biaya Pemakaian = Rp 15.000.000 + Rp 133.638.000 – Rp 8.500.000
= Rp 140.638.000
4.2
Harga
Pokok Produksi
·
Harga Pokok Produksi

§ Saldo Awal :
Rp 35.000.000
§ Biaya Bahan baku :
Rp 140.638.000
§ Biaya TK Langsung : Rp
40.000.000
§ Biaya TK Tak Langsung : Rp
56.000.000
§ Maintenence :
Rp 2.250.000 HP
Produksi
§ Asransi Pabrik :
Rp 10.225.000 ?
§ Utilitas Pabrik :
Rp 1.500.000
§ Penyusutan Pabrik :
Rp 1.650.000
§
Suplier Pabrik :
Rp 7.500.000

§ Saldo Akhir :
Rp 20.000.000
HP Produksi = Rp 35.000.000 + Rp 140.638.000 + Rp 40.000.000 + Rp
56.000.000 + Rp 2.250.000 + Rp 10.225.000 + Rp 1.500.000 + Rp 1.650.000 + Rp
7.500.000 – Rp 20.000.000
= Rp 274.763.000
4.3
Harga
Pokok Penjualan
·
Harga
Pokok Penjualan (Barang Jadi)
§
Saldo Awal :
Rp 25.000.000 HP
Penjualan

§
HP Produksi :
Rp 274.763.000 ?

§ Saldo Akhir :
Rp 50.000.000
Harga Pokok Penjualan = Rp 25.000.000 + 274.763.000 – Rp 50.000.000
= Rp 249.763.000
4.4
Laba
atau Rugi
·
Laba
Kotor
§ Penjualan :
Rp 750.000.000
§
HP Penjualan :
Rp 249.763.000 -

Rp 500.237.000
·
Beban
§ Beban Adiministrasi :
Rp 1.550.000
§
Beban Penjualan :
Rp 2.000.000 +

Rp 3.550.000
·
Laba
Bersih
§ Laba Kotor :
Rp 500.237.000
§
Beban :
Rp 3.550.000 -

Rp 496.687.000
4.5
Laba
per Unit
·
Laba
Per Unit
§ Laba Bersih :
Rp 496.687.000
§
Unit :
250 Unit /

Rp 1.986.748
BAB V
KESIMPULAN
PT Fizawin Engineering adalah salah satu perusahaan furniture yang
memproduksi bingkai kaligrafi 3 dimensi, dimana yang memiliki 5 stasiun kerja
yakni penukuran, pemotongan, penghalusan, perakitan dan yang terakhir
pemeriksaan. Dan harga 1 unit bingkai 3 dimensi mencapai Rp 3.000.000, PT
Fizawin Engineering dapat menjual
unit/bulan. PT Fizawin Engineering selalu
mendapatkan keuntungan dari hasil penjualannya per bulan, dengan Laba kotor
dan memiliki Laba bersih hingga
.



DAFTAR PUSTAKA
·
Hansen, R. Don, and
Marryanne M. Mowen.2005. Management Accounting. Second
Edition. Cincinnati, Ohio: South-Western Publishing Co.
·
Carter, Wiliam K dan
Milton F. Usry, 2006. Akuntansi Biaya, Edisi
Ketigabelas, Buku I, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
·
Mulyadi. 2012. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
·
Horngren., Foster, dan
Datar, 1987, Cost Accounting: A Managerial Emphasis, yang
dialih bahasakan oleh Desi Andhariani, 2005, Akuntansi Biaya: Suatu
Pendekatan Manajerial, Erlangga, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar